Minggu, 29 November 2015

KEARIFAN LOKAL

KEARIFAN LOKAL PANDEGLANG
“ KOTA SANTRI DAN KOTA WISATA”
OLEH : AYU FERGY LESTARIE
Kearifan lokal terdiri dari dua kata, yakni kearifan (wisdom) yang berarti kebijaksanaan dan lokal (local) berarti tempat. Kearifan lokal adalah suatu kegiatan atau budaya yang terdapat pada suatu tempat yang mana masyarakat pada suatu tempat tersebut meyakini dan melakukan apa yang menjadi hal yang sudah turun-temurun tersebut.
Kearifan lokal pada suatu daerah tentulah berbeda-beda, hal ini disebabkan karena pada setiap daerah memiliki kerifan lokal yang berbeda dari daerah satu dengan daerah yang lainnya yang mana perbedaan ini didasarkan pada latar belakang, suku budaya, dan adat istiadat yang berbeda-beda pula. Jangankan didaerah lain, terkadang diprovinsi kecil seperti provinsi banten ini pun memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda. Di dalam provinsi banten ini terdapat beberapa kota/kabupaten yang ada di dalamnya, yaitu kota Serang, Cilegon, Pandeglang, Tangerang dan Tangerang Selatan. Serta kabupaten yang meliputi kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, dan Tengerang. Semua kota/kabupaten tersebut memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda karena pada keempat kota/kabupaten tersebut masing-masing memiliki suku, bahasa, budaya, dan adat istiadat yang berbeda-beda pula.
Menurut Staatsblad Nederlands Indie No. 81 tahun 1828, Keresidenan Banten dibagi tiga kabupaten: Kabupaten Utara yaitu Serang, Kabupaten Selatan yaitu Lebak dan Kabupaten Barat yaitu Caringin.
Kabupaten Serang dibagi lagi menjadi 11 (sebelas) kewedanaan. Kesebelas kewedanaan tersebut yaitu: Kewedanaan Serang (Kecamatan Kalodian dan Cibening), Kewedanaan Banten (Kecamatan Banten, Serang dan Nejawang), Kewedanaan Ciruas (Kecamatan Cilegon dan Bojonegara), Kewedanaan Cilegon (Kecamatan Terate, Cilegon dan Bojonegara), Kewedanaan Tanara (Kecamatan Tanara dan Pontang), Kewedanaan Baros (Kecamatan Regas, Ander dan Cicandi), Kewedanaan Kolelet (Kecamatan Pandeglang dan Cadasari) Kewedanaan Ciomas (Kecamatan Ciomas Barat an Ciomas Utara) dan Kewedanaan Anyer (tidak dibagi kecamatan).
Menurut sejarah, pada tahun 1089 Banten terpaksa harus menyerahkan wilayahnya yaitu Lampung kepada VOC (Batavia). Saat itu Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad menyusun strategi untuk melawan kekuasaan VOC. Sultan Muhamad menjadikan Pandeglang sebagai wilayah untuk menyusun kekuatan. Kekuatan kesultanan dipencar kepelosok Pandeglang seperti di kaki gunung Karang dan di pantai.
Pandeglang dalam percaturan sejarah kesultanan Banten telah terbukti merupakan daerah yang strategis. Hal ini bisa terlihat dari berbagai peninggalan sejarah yang terdapat di wilayah Pandeglang. Semua itu bukan hanya membekas pada benda yang berwujud, tapi juga membekas pada kultur kehidupan masyarakat Pandeglang.
Peninggalan sejarah kesultanan Banten masih nampak terlihat dari seni budaya yang ada di Pandeglang. Misalnya saja, Pandeglang merupakan Kota Santri dan Pandeglang terkenal dengan daerah yang historis, patriotis dan agamis. Julukan ini tidak serta merta timbul dengan sendirinya, akan tetapi merupakan bentangan sejarah telah mencatatnya.
Saat ini Pandeglang tetap merupakan wilayah yang strategis di wilayah Provinsi Banten. Sejarah kembali mencatat, Pandeglang dengan tokoh-tokoh masyarakatnya memberi andil besar dalam pembentukan Provinsi Banten. Sejarah Pandeglang mencatat juga, bahwa saat dipimpin oleh Bupati H. A. Dimyati Natakkusumah, Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan Swasta di Kabupaten Pandeglang Bebas Biaya Sekolah dan pada tahun 2007 pembangunan sarana pendidikan dibangun dengan menggunakan rangka baja. Kembali kepada sejarah terbentuknya Kabupaten Pandeglang sejak tanggal 1 April 1874, tanah-tanah gubernur kecuali Bativia dan Keresidenan Priangan telah Banten telah ditentukan, bahwa:
a. Jabatan Kliwon pada Bupati dan Patih dari Afdeling Anyer, Serang dan Keresidenan Banten dihapuskan.
b. Bupati mempunyai pembantu, yaitu mantri Kabupaten dengan gaji 50 gulden.
c. Kepala Distrik mempunyai gelar jabatan wedana dan Onder Distrik mempunyai jabatan Asisten Wedana.
Berdasarkan Staatsblad 1874 NO. 73 Ordonansi tanggal 1 Maret 1874 mulai berlaku 1 April 1874 menyebutkan pembagian daerah, diantaranya Kabupaten Pandeglang dibagi 9 distrik atau kewedanaan. Pembagian ini menjadi Kewedanaan Pandeglang, Baros, Ciomas, Kolelet, Cimanuk, Caringin, Panimbang, Menes dan Cibaliung.
Menurut data tersebut di atas, Pandeglang sejak tanggal 1 April 1874 telah ada pemerintahan. Lebih jelas lagi dalam ordonansi 1877 Nomor 224 tentang batas-batas keresidenan Banten, termasuk batas-batas Kabupten Pandeglang dalam tahun 1925 dengan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 14 Agustus 1925 nomor XI. Maka jelas Kabupaten Pandeglang telah berdiri sendiri tidak di bawah penguaasaan Keresidenan Banten.
Dari fakta-fakta tersebut di atas dapat diambil beberapa alternatif, yaitu pada tahun 1828 Pandeglang sudah merupakan pusat pemerintahan distrik. Pada tahun 1874 Pandeglang merupakan kabupaten. Pada tahun 1882 Pandeglang merupakan kabupaten dan distrik kewedanaan. Dan pada tahun 1925 kabupaten Pandeglang telah berdiri sendiri. Atas dasar kesimpulan-kesimpulan tersebut di atas, maka disepakati bersama bahwa tanggal 1 April 1874 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Pandeglang.
Sejarah Caringin dan Pandeglang.
Seperti kita ketahui bersama bersama bahwa pada tahun 1883 pernah terjadi letusan gunung Krakatau yang menghancurkan Caringin. Waktu itu Caringin merupakan ibu kota Kabupaten Banten Barat.
Setelah Caringin luluh lantak pusat ibu kota dipindah ke Pandeglang dan berganti nama menjadi Kabupaten Pandeglang.
Caringin kini hanya sebuah desa, meski sejak itu Caringin terdegradasi menjadi desa, bagi perjalanan sejarah Banten, Caringin tetaplah daerah penting. Caringin, menurut Syaukatuddin yang mengutip dari para kasepuhan, berasal dari kata beringin, yang berarti ’pohon rindang tempat berteduh’.
Mengikuti perkembangan pembagunan Caringin mulai ramai kembali dan pada tahun 2006 terbentuklan Kabupaten Caringin.
Pada tahun 2006 Kabupaten Caringin adalah salah satu calon wilayah otonom di Provinsi Banten. Wilayah ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Pandeglang. Rencana ini berawal dari keinginan warga di wilayah Barat Kabupaten Pandeglang untuk mensejahterakan masyarakat.
Pada 14 Desember 2006, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang menyetujui terbentuknya Kabupaten Caringin & Kabupaten Cibaliung. Calon kabupaten otonom ini terdiri atas 7 kecamatan, yakni Kecamatan Labuan, Kecamatan Carita, Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Jiput, Kecamatan Cikedal, dan Kecamatan Sukaresmi. Wilayah ini berpenduduk sekitar 208.138 jiwa.
Diperjalanan proses peresmian dilakukan pengkajian dan disimpulkan jika Kabupaten Cibaliung dan Caringin mendapat persetujuan maka kemungkinan hal tersebut akan mematikan Kabupaten Induk-nya. Maka sesuai Undang-undang pemekaran wilayah tersebut tidak di perbolehkan mematikan daerah Induknya. Menurut beberapa pakar otonomi mungkin yang dapat dilakukan adalah dengan hanya menyetujui salah satu daerah pemekaran saja diantara dua wilayah yang akan di mekarkan tersebut dan yang disetujui hanya Kabupaten Caringin.
Gunung Karang
Salah satu kawasan wisata Gunung Karang merupakan kawasan yang memiliki 3 objek kunjungan wisata. Kenapa bersifat spiritual , karena salah satu objek wisata ini biasa di kunjungi dengan tujuan berziarah.
Kunjungan pertama disebut Sumur Tujuh.
Objek kunjungan kedua, Kolam Renang Cikoromoi yang dilengkapi tempat penziarahan Cibulakan. Objek penziarahan itu menjadi menarik diamati pengunjung, karena dikolam pemandiannya terdapat Batu Qur’an, batu berukuran besar terletak di dasar kolam dan bertuliskan huruf-huruf arab. Diperkirakan batu bertuliskan huruf arab itu sudah berusia lebih 5 abad.
Dan objek kunjungan yang ketiga disebut pemandian air panas Cisolong.
Dibandingkan dengan objek kunjugan kolam renang Cikoromoi, atau pemandian air panas Cisolong, objek kunjungan Batu Quran dan Sumur Tujuh lebih sering dikunjungi umat Islam pada hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad, 1 Muharam, menjelang Ramadhan, Idul Fitri atau Idul Adha. Ribuan umat Islam selalu mengunjungi kedua objek wisata spritual itu di setiap liburan, karena sejarah keberadaan objek wisata Sumur Tujuh dan Batu Qur’an, konon kabarnya, erat kaitannya dengan kegiatan keluarga Sultan Banten dalam penyebaran Islam di abad ke 15.
Lokasi pemandian Batu Quran terletak di kaki Gunung Karang, tepatnya di Desa Kadubumbang Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Lokasi pemandian memang sangat sederhana. Hanya ada sebuah kolam di situ. Tetapi, jika liburan panjang tiba, antrian orang berdatangan ke pemandian tersebut.
Pengunjung selalu dibuat takjub, karena menurut cerita kuncen, petugas penjaga pemandian Cibulakan, air kolam pemandian - yang tingginya hanya sekitar 1,5 meter dari dasar kolam - tak bisa kering sekalipun musim kemarau berlangsung panjang. Prof Dr Muarif Ambari dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional juga pernah mempelajari bagaimana mengeringkan kolam Cibulakan, kemudian Batu Quran yang ada diteliti asal muasalnya. Ternyata sulit. Pasalnya, air Cibulakan tak mudah kering kendati disedot pipa air bertekanan ratusan kubik perjam. Akibat itu para ahli sejarah kepurbakalaan yakin bahwa batu bertulisan huruf-huruf al-quran yang ada di batu-batu di dasar kolam Cibulakan, sengaja dibuat oleh pengikut Sultan Banten dalam rangka syiar Islam. Batu-batu itu telah dijadikan media pengikut Sultan untuk warga Banten tentang bagaimana menghormati air untuk diminum, bagaimana menghormati air untuk dijadikan wudhu, dan bagaimana menjadikan air sebagai modal kehidupan.
Batu-batu berhuruf arab itu, lebarnya hanya sekitar 2 meter. Di pinggiran batu tersebut, terdapat sejumlah mata air yang deras dan bening airnya. Di lokasi itulah pula, pengunjung sering berlama-lama berendam.
“Ada yang sangat yakin, jika berendam di sekitar batu quran tersebut, penyakit kulit yang ada ditubuh akan mudah disembuhkan. Ada juga yang yakin, sering berendam di kolam Cibulakan kulit akan menjadi lebih bersih karena air kolam Cibulakan mengandung unsur obat kimia yang bisa menghaluskan kulit. Ada juga yang yakin, air kolam Cibulakan bisa dijadikan media penyembuhan beragam bentuk penyakit dalam,” ujar Haji Achmad dari Warung Gunung Kabupaten Lebak yang mengaku sering mengajak santri-santri pesantrennya mengaji bersama di mushollah yang ada di pinggiran kolam Cibulakan.
Batu Quran yang ada di kolam Cibulakan merupakan peninggalan Ki Mansyur, seorang ulama terkenal di jaman kesultanan Banten abad ke-15.Ki Mansyur - yang juga disebut Maulana Mansyur oleh warga masyarakat Banten - memang salah seorang ulama pemberani, cerdas, piawai dalam memainkan alat-alat kesenian bernafaskan Islam. Di masa kejayaan Sultan Hasanudin, Ki Mansyur yang juga cakap dalam ilmu pertanian serta komunikasi diserahi tugas untuk menjaga kawasan Islam Banten Selatan dan berdomisili di Cikaduen.
Selama masa penugasannya, Ki Mansyur mewariskan banyak ilmunya kepada warga Banten Selatan. Salah satu ilmu kesenian bernafaskan Islam yang ditinggalkannya dan hingga kini masih lestari adalah seni Rampak Bedug, kesenian tradisional yang mulanya digunakan warga Pandeglang hanya di bulan Ramadhan untuk membangunkan warga makan sahur. Kesenian itu juga digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan massa menjelang Ki Mansyur menyampaikan pesan-pesan atau tugas kepada warga. Ki Mansyur juga mewariskan ilmu debus, kesenian yang inti sarinya bersumber dari Al-quran, untuk penyebaran Islam. Kini Ki Mansyur - bersama istrinya - bersemayan di Cikaduen.
Setiap libur, terutama sekali jika Maulid Nabi Muhammad tiba, puluhan bus ukuran besar dari berbagai kota parkir di lokasi wisata penziarahan makam Ki Mansyur di Cikaduen, Pandeglang.


FUNGSI FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP ILMU PENDIDIKAN

FUNGSI  FILSAFAT PENDIDIKAN  TERHADAP  ILMU PENDIDIKAN
AYU FERGY LESTARIE
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

ABSTRAK
Abstrak Tulisan ini membahas tentang filsafat pendidikan terhadap ilmu pendidikan. Filsafat merupakan acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan., disadari atau tidak, nampaknya dapat mempengaruhi situasi dan kondisi yang memprihatinkan seperti saat ini, kita menumpukan seluruh harapan kepada pendidikan, karena sadar bahwa hanya melalui pendidikan kita dapat memperbaiki hidup. Manusia tidak terlepas dari jangkauan pikirannya yang mencirikan hakekat manusia dan berpikirlan dia menjadi manusia, dan selanjutnya   Ilmu pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Ilmu pengetahuan merupakan upaya khusus manusia untuk menyingkapkan realitas, supaya memungkinkan manusia berkomunikasi satu sama lain, membangun dialog dengan mengakui yang lain, dan meningkatkan harkat kemanusiaannya.
Kata Kunci: Filsafat, Ilmu Pendidikan

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi dewasa ini ditandai dengan ketatnya tantangan dan persaingan, serta pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengharuskan setiap umat manusia untuk menghadapinya. Kesaktian ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong manusia berusaha untuk memilikinya melalui proses pembelajaran, guna dimanfaatkan dari berbagai aspek kehidupan. Kaitannya antara kemampuan untuk mengetahui sesuatu (knower) dengan kemampuan menalar atau berpikir (knowing) sesuatu berupa kognitif adalah kemampuan menalar atau berpikir terhadap sesuatu aksi dan reaksi, afektif adalah kemampuan untuk merasakan apa yang telah diketahui, dan konaktif adalah kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan.
Perkembangan pemikiran dan penalaran manusia yang berdasarkan kaidah dan norma-norma filsafat tidak hanya dipandang sebagai ilmu pengetahuan, tetapi merupakan bagian kehidupan manusia yang menuntut terciptanya spesialisasi menuju kemahiran terhadap suatu keterampilan dari berbagai bidang kegiatan dalam memenuhi kehidupan manusia.
PEMBAHASAN
             Manusia mengalami kebutuhan yang lebih mendalam, yaitu untuk menemukan tata susunan yang sesungguhnya dalam kenyataannya. Berbeda dengan makhluk yang lain yang hubungannya dengan alam bersifat alamiah dan berupa ketundukan mutlak, hubungan manusia dengan alam mengandung unsur ikhtiar, atau upaya untuk hidup secara manusiawi. Gambaran ini menunjukkan bahwa dalam berpikir, manusia terlihat dari aspek kemanusiaannya jika dia memikirkan kemajuannya., dan kemajuan kemajuan inilah salah satu isyarat bahwa dalam proses berpikir manusia senantiasa berupaya berbenah diri untuk hari esok lebih baik dari hari ini, demikian pula pendidikan, pendidikan tidak akan selangkah lebih maju jika hanya diterima apa adanya, namun perlu adanya perbaikan dalam bentuk suatu upaya untuk proses berpikir secara mendalam. Oleh karenanya dengan memahami filsafat dengan baik maka orang akan dapat mengembangkan secara konsisten ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari. Filsafat mengkaji dan memikirkan tentang hakikat segala sesuatu secara menyeluruh, sistematis, terpadu, universal dan radikal yang hasilnya menjadi pedoman dan arah dari perkembangan ilmu-ilmu  yang bersangkutan. Oleh karenanya yang membantu filsafat pendidikan terlaksanan dengan baik, maka terdapat beberapa teori yang menjadi acuan dalam menopang terselenggaranya pendidikan yang maksimal. Teori dimaksud menurut Prof. HM.Arifin, M.Ed, yaitu:
1. Etika atau teori tentang Nilai
2. Teori ilmu pengetahuan atau Epistimologi dan
3. Teori tentang realitas atau kenyataan dan yang ada dibalik kenyataan yang disebut Metafisika. 4. Permasalahan yaang diidentifikasikan dalam ketiga disiplin ilmu ini menjadi materi yang    dibahas di dalam filsafat pendidikan.
Masyarakat zaman modern saat ini telah meyakini tentang eksistensi pendidikan dari yang sifatnya unum sampai kepada yang khusus. Keyakinan ini makin hari diperkuat dengan berkembangnya metode pengukuran dan cara analisa yang dapat dipecaya untuk menghasilkan data yang dipercaya pula. Dengan bahasa ilmiah lazim dikatakan “Apa yang ada itu dapat dihayati karena dapat diukur”. Menyikapi gambaran di atas menurut Prof. Imam Barnadib, M.A., Ph.D., dalam bukunya Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode, mengutarakan bahwa dan mempertanyakan bahwa apakah yang seharusnya  pendidik lakukan untuk memimpin anak didik itu untuk mewujudkan  tujuan di atas. Keterangan ini membutuhkan pemikiran yang mendalam untuk dapat  ditetapkan arah yang seharusnya diupayakan penerapannya. Dari berbagai upaya yang diterapkan oleh segenap pakar pendidikan terhadap kemajuan pendidikan, namun kenyataannya selalu ber-evolusi, artinya selalu ada peningkatan pemahaman yang lebih kongkrit untuk dipahami bersama, dan makin maju peradaban manusia, maka selalu dibarengi dengan cara berfikir yang  semakin kritis, dan pemikiran kritis inilah mengantar filsafat pendidikan mendapatkan jatidirinya sebagai disiplin ilmu yang mengantar segenap para ilmuan untuk memperoleh hasil maksimal, yang dalam hal ini argumen- argumen agama sebagai acuan untuk  diuji kebenarannya melalui pemikiran mendalam yang pada gilirannya menghasilkan sesuatu yang sangat berguna bagi kesejahteraan manusia. Masalah pokok yang akan dibahas dalam  tulisan ini, yaitu bagaimana Fungsi Filsafat Pendidikan terhadap Ilmu Pendidikan.
A. Filsafat menyikapi  ilmu pendidikan
Pengetahuan yang merupakan produk kegiatan berpikir merupakan obor pencerahan peradaban dimana manusia menemukan dirinya dan menghayati hidup dengan lebih sempurna. Berbagai peralatan dikembangkan manusia  untuk meningktkan kualitas hidupnya dengan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya. Proses penemuan dan penerapan itulah yang menghasilan kapak dan batu zaman dulu sampai komputer zaman ini. Argumen ini menunjukkan bahwa berpikir kritis pada dasarnya merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Oleh karenanya untuk mendapatkan pengetahuan, ilmu membuat beberapa andaian (asumsi) mengenai obyek-obyek empiris. Asumsi ini perlu, sebab pernyataan asumtif inilah yang memberikan arah dan landasan bagi kegiatan penelahan kita. Maka dengan itu sebuah pengetahuan baru dianggap benar selama kita bisa menerima asumsi yang dikemukakaknya.7 Filsafat merupakan acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan., disadari atau tidak, nampaknya dapat mempengaruhi situasi dan kondisi yang memprihatinkan seperti saat ini, kita menumpukan seluruh harapan kepada pendidikan, karena sadar bahwa hanya melalui pendidikan kita dapat memperbaiki hidup. Memang seharusnya demikian, tetapi mengapa kehidupan bangsa ini tidak juga mengalami perbaikan setelah 70 tahun merayakan kemerdekaannya. Mengapa pendidikan yang kita selenggarakan selama rentang waktu itu, dengan biaya yang tentu saja tidak sedikit, belum juga mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa., dengan keadaan ini menggabarkan ada masalah dengan pendidikan kita; itulah jawabannya. Sistem pendidikan kita terbukti belum berhasil mengeluarkan bangsa ini  dari berbagai permasalahan hidup yang mengimpitnya. Dari keterangan ini terlihat jelas dan lebih terfokus terhadap sistem pendidikan yang belum maksimal rumusannya, sehingga hampir setiap ada pergantian pucuk pimpinan negara, pemikiran rumusan kurikulum juga mengalami perobahan. Perobahan demi perobahan terus berlanjut yang arahnya belum tuntas konsep satu dalam penerapannya untuk diimplementasikan maksimal, muncul lagi konsep baru yang terjadi lagi pergantian nama yang sampai saat ini dikenal kurikulum 2013. Artinya lain pimpinan lain pula konsepnya., dan disitulah peranan Filsafat untuk terus menerus melihat aspek aspek yang kurang untuk disempurnakan. Untuk mencapai suatu kesempurnaan dalam beraktivitas sesuatu yang sangat sulit kita lakukan, namun jika sekiranya para pemimpin ingin ikhlas dan menjabarkan segenap programnya untuk kemajuan pendidikan, dapat dipastikan bahwa bangsa ini akan maju selangkah dengan situasi pendidikan bangsa lain. Kemajuan suatu pendidikan merupakan langkah awal menuju kemajuan di bidang lainnya. Kemajuan-kemajuan bangsa bangsa yang terkemuka saat ini bukan ditunjang dengan keadaan alamnya yang melimpah, tetapi sangat ditunjang dengan kamajuan pendidikan manusianya. Baik itu Amerika, Jepang, Jerman maupun bangsa bangsa di Eropa Timur lainnya. Memajukan suatu pendidikan dampaknya bukan hanya terasa bagi individu yang bersangkutan, namun dapat memberikan dampak yang positif terhadap segenap manusia yang mempergunakannya.
B. Fungsi  filsafat dalam  ilmu pendidikan 
Filsafat bukanlah hasil dari riset atau eksperimen. Benar atau salahnya tidak mungkin diuji dengan fakta. Filsafat adalah hasil pemikiran. Maka pemikiran pula yang akan menerima atau menolak. Keterangan ini mengisyaratkan bahwa filsafat adalah hasil pemikiran yang tentunya dalam proses peningkatan ilmu terdapat klasifikasi, yang pro dan kontra.
Perbedaan ini disebabkan cara yang berbeda. Di satu pihak agama ber-alat-kan kepercayaan, di lain pihak filsafat berdasarkan penelitian yang menggunakan potensi manusiawi, dan meyakininya sebagai satu satunya alat ukur kebenaran, yaitu akal manusia, namun demikian tidak mutlak filsafat tidak bisa mengkaji agama untuk menemukan kebanaran-Nya  Menyikapi masalah kebenaran dalam filsafat dan kebanaran Agama pada umumnya dimaknai di satu sisi agama ber-alat-kan kepercayaan, di lain pihak filsafat berdasarkan penelitian yang menggunakan potensi manusiawi, jika kebenaran yang dibicarakan dengan mempergunakan alat yang sama seperti akal manusia dan terdapat perbedaan yang gambarannya tidak bisa dipertemukan, pada dasarnya hal yang kita cari dapat dikatakan bukan kebenaran. Karena namanya kebenaran walaupun bagaimana wujudnya tetap mengandung makna  (kebenaran).
KESIMPULAN
Pengetahuan yang merupakan produk kegiatan berpikir merupakan obor pencerahan peradaban dimana manusia menemukan dirinya dan menghayati hidup dengan lebih sempurna. Berbagai peralatan dikembangkan manusia  untuk meningktkan kualitas hidupnya dengan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya. Proses penemuan dan penerapan itulah yang menghasilan kapak dan batu zaman dulu sampai komputer zaman  ini.Manusia tidak terlepas dari jangkauan pikirannya yang mencirikan hakekat manusia dan berpikirlan dia menjadi manusia, dan selanjutnya   Ilmu pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia.  Ilmu pengetahuan merupakan upaya khusus manusia untuk menyingkapkan realitas, supaya memungkinkan manusia berkomunikasi satu sama lain, membangun dialog dengan mengakui yang lain, dan meningkatkan harkat kemanusiaannya.